Daftar isi
Kacang fava, yang juga dikenal sebagai kacang kapri, adalah kacang-kacangan besar dan pipih yang dibudidayakan selama ribuan tahun. Terbungkus dalam polong hijau tebal dan berbulu halus, kacang ini mengandung biji hijau pucat yang dapat dimakan segar saat muda atau dikeringkan untuk digunakan nanti.
Penjelasan tentang kacang fava
Jika Anda pernah melihat pasar Mediterania di awal musim semi—orang-orang mengupas kulit kacang dan mencampur kacang mentah dengan keju—Anda telah menyaksikan tradisi kuno. Dari segi kuliner, kacang-kacangan ini dihargai karena rasanya yang gurih, sedikit seperti kacang, dan teksturnya yang lembut dan seperti mentega saat dimasak. Kacang-kacangan ini hadir dalam hidangan di seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa, dan Amerika Latin.
Selain rasanya, kacang fava memiliki makna budaya, sejarah—dan bahkan beberapa takhayul yang aneh—yang membuatnya lebih dari sekadar kacang biasa di atas piring.
Kisah kuno kacang fava
Kacang fava termasuk tanaman tertua yang dibudidayakan dalam sejarah. Temuan arkeologis melacak domestikasinya di Timur Dekat hingga sekitar 10.200 tahun yang lalu, ditemukan di situs Neolitikum di Israel.
Kacang-kacangan merupakan makanan pokok di Mesir, Yunani, dan Roma kuno, yang merupakan sumber protein yang terjangkau jauh sebelum kacang-kacangan Dunia Baru tiba di Eropa. Hingga tahun 1500-an, "kacang" sering kali berarti "kacang fava" dalam banyak konteks Eropa.
Secara budaya, kacang fava sangat kental dengan adat istiadat. Filsuf Yunani Pythagoras dan para pengikutnya menghindari kacang fava, karena diyakini kacang fava menyimpan jiwa orang mati atau melambangkan dunia bawah. Penghindaran ini mungkin juga terkait dengan favisme, reaksi genetik terhadap kacang fava.
Namun, kacang fava tetap menjadi makanan pokok di Dunia Lama. Di Sisilia, kacang fava diberkati pada Hari St. Joseph, yang biasanya dibagikan untuk menangkal kelaparan. Dari ful medames Mesir hingga ritual fava-dan-pecorino Italia di Hari Buruh, makna kulinernya tetap bertahan. Dalam masakan Cina, kacang fava juga muncul dalam pasta dan saus fermentasi.
Persiapan kacang fava 101
Kacang fava segar muncul di musim semi dalam polong hijau besar. Setiap polong berisi beberapa kacang dengan kulit tebal dan sedikit berlilin. Saat masih sangat muda, kacang ini dapat dimakan utuh jika dimasak. Lebih sering, kacang harus dikupas.
Kacang fava muda dapat dimakan mentah dengan kulitnya yang utuh—sedikit manis dan beraroma rumput. Saat kacang fava matang, kulit luarnya menebal dan sering dibuang setelah direbus dalam air mendidih dan direndam dalam air es. Metode dua langkah ini menghasilkan kacang bagian dalam yang berwarna hijau cerah, yang merupakan hadiah kuliner.
Kacang fava segar yang sudah dikupas sangat cocok untuk salad, diolesi bawang putih dan daun mint, ditumis dengan daun bawang, atau dimasak dengan nasi dan rempah-rempah. Makanan ini sangat cocok dipadukan dengan keju seperti pecorino atau feta, dan daging olahan.
Di Lebanon dan Mesir, kacang fava muda dimakan mentah dengan garam atau labneh. Kacang fava kering—berwarna cokelat kecokelatan—harus direndam dan dimasak seperti buncis atau lentil. Kacang ini menjadi bahan utama dalam hidangan seperti ful medames Mesir, camilan panggang Amerika Latin, atau doubanjiang fermentasi Cina.
Rasanya sedikit seperti kacang, mentega, dan tanah—lebih kompleks daripada kacang hijau—dengan tekstur yang padat namun lembut saat dimasak sepenuhnya.
Bagaimana budaya yang berbeda menikmati favas
Di Timur Tengah dan Afrika Utara, kacang fava digunakan dalam roti isi daging; Ta'ameya (falafel yang dibuat dengan fava) Mesir mendahului versi kacang arab.
Di Eropa, orang Italia menikmati fava musim semi dengan minyak zaitun dan pecorino. Kacang ini muncul dalam sup Tuscan, semur Portugis dan Spanyol dengan daging babi atau sosis, dan hidangan Catalan seperti faves a la catalana, yang menyajikan kacang dengan sosis hitam, bacon, dan daun mint.
Di Cina, Anda akan menemukan kacang fava goreng yang dibumbui mala sebagai makanan ringan di pinggir jalan. Peru menyebutnya habas, yang disajikan dalam hidangan seperti saltado de habas. Keanekaragamannya mencakup semur petani sederhana hingga masakan musiman berbintang Michelin.
Budaya populer termasuk kalimat dingin Hannibal Lecter tentang "Chianti yang enak dengan kacang fava" dalam *The Silence of the Lambs*. Secara pertanian, kacang ini dinilai baik sebagai tanaman pangan maupun tanaman penutup, yang mengikat nitrogen dalam tanah—praktik yang sudah ada sejak lama.
Hal yang perlu diketahui sebelum memakan kacang fava
Kacang fava kaya akan protein, serat, folat, vitamin K, zat besi, dan magnesium—yang menjadikannya favorit dalam diet nabati. Kacang ini menawarkan antioksidan dan mendukung kesehatan jantung.
Namun, kacang-kacangan ini menimbulkan risiko serius bagi orang-orang dengan defisiensi G6PD, suatu kondisi genetik yang umum terjadi pada populasi Mediterania, Afrika, dan Asia Tenggara. Bagi orang-orang ini, memakan kacang fava atau bahkan menghirup serbuk sari dapat memicu favisme—suatu bentuk anemia hemolitik yang parah.
Gejala pemicunya meliputi kelelahan, penyakit kuning, urin berwarna gelap, dan, dalam kasus ekstrem, kerusakan ginjal. Favisme telah diamati jauh sebelum kaitannya dengan G6PD dipahami; kini kita tahu kacang-kacangan mengandung vicine dan convicine, yang menyebabkan kerusakan sel darah merah pada individu yang rentan.
Bagi kebanyakan orang, kacang fava aman dan bergizi. Kacang ini bebas gluten dan sangat baik untuk hidangan vegetarian atau vegan—seperti kacang fava bubur sumsum, sayur burger, atau sebagai pengganti daging dalam semur.
Fakta mengejutkan tentang kacang fava
Legenda mengatakan bahwa Pythagoras meninggal setelah menolak menyeberangi ladang kacang fava, untuk menghormati tabu yang dimilikinya sendiri. Di Italia, kue "kacang orang mati" (fave dei morti) dibuat pada Hari Raya Arwah—mengingat takhayul lama yang menghubungkan kacang fava dengan jiwa yang telah meninggal.
Petani telah lama menanam pohon fava sebagai pupuk hijau—mencangkulnya di bawah tanaman untuk menyuburkan tanah. Bunganya harum dan menarik lebah.
Kacang fava segar yang sudah dikupas dua kali dapat menjadi terapi, dan sisa polongnya dapat membantu pengomposan. Secara linguistik, "kacang fava" tidak relevan (fava = kacang dalam bahasa Latin), dan dalam bahasa Inggris disebut "kacang lebar" karena bentuknya yang lebar dan datar.
Apa pun namanya, kacang-kacangan kuno ini menghubungkan kita dengan masa lalu kuliner kita bersama. Kacang-kacangan ini tetap lezat dengan persiapan sederhana—hanya minyak zaitun, bawang putih, dan rempah-rempah—dan tetap menjadi favorit musim semi yang tak lekang oleh waktu.