Apa itu Sushi?


Sushi menekankan bahan-bahan segar, persiapan yang tepat, dan harmoni rasa, sering dinikmati dengan kecap, wasabi, dan acar jahe.


Diterbitkan: 23 Juni 2025 · Dimodifikasi: 23 Juni 2025 oleh Jennifer Ryan

Sushi adalah hidangan tradisional Jepang yang terdiri dari nasi yang diberi cuka dan berbagai bahan, yang paling umum adalah makanan laut. Elegan dalam kesederhanaannya namun sangat bervariasi, sushi telah berkembang dari awal yang sederhana menjadi masakan yang disukai di seluruh dunia.

Pada intinya, sushi asli bukan hanya ikan mentah seperti yang diasumsikan banyak orang. Faktanya, kata sushi mengacu pada nasi berbumbu (sushi-meshi) yang menjadi dasarnya. Nasi ini, yang dibumbui dengan sedikit cuka, gula dan garam, dipasangkan dengan topping atau isi mulai dari irisan ikan mentah segar hingga sayuran atau telur.

Hasilnya bisa beragam: nigiri yang lembut, gulungan norimaki yang dibungkus rumput laut, kerucut temaki, mangkuk chirashi, dan masih banyak lagi. Penyajian sushi sering kali lebih merupakan seni daripada makanan, dengan para koki yang sangat memperhatikan warna, tekstur, dan keseimbangan.

Di Jepang, sushi digemari karena kemurnian cita rasanya. Nasi berbumbu yang lembut, tuna segar yang meleleh, sedikit wasabi yang tajam, dan sedikit kecap asin—semuanya adalah harmoni cita rasa yang menggambarkan estetika kuliner Jepang.

Sushi adalah hidangan tradisional Jepang yang terdiri dari nasi yang diberi cuka dan berbagai bahan, yang paling umum adalah makanan laut. Elegan dalam kesederhanaannya namun sangat bervariasi, sushi telah berkembang dari awal yang sederhana menjadi masakan yang disukai di seluruh dunia.

Pada intinya, sushi asli bukan hanya ikan mentah seperti yang diasumsikan banyak orang. Faktanya, kata sushi merujuk pada nasi berbumbu (sushi-meshi) yang menjadi dasarnya. Nasi ini, yang dibumbui sedikit dengan cuka, gula, dan garam, dipadukan dengan topping atau isian mulai dari irisan ikan mentah segar hingga sayuran atau telur.

Perjalanan panjang sushi dari sawah hingga santapan lezat

Kisah sushi tidak dimulai di Jepang, tetapi di Asia Tenggara kuno, di sawah-sawah di sepanjang Sungai Mekong. Berabad-abad lalu, sebelum ada lemari es, orang mengawetkan ikan dengan mengemasnya dalam nasi matang dan membiarkannya berfermentasi. Bentuk awal ini, yang dikenal sebagai narezushi, sudah ada sejak lebih dari satu milenium lalu.

Beras tersebut difermentasi dan menghasilkan asam laktat, yang berfungsi sebagai pengawet bagi ikan. Ikan yang difermentasi tersebut dimakan, sedangkan nasinya sering kali dibuang.

Praktik ini menyebar ke Tiongkok dan akhirnya ke Jepang sekitar abad ke-8. Seiring berjalannya waktu, orang Jepang juga menyukai nasi, dan periode fermentasi pun dipersingkat. Gaya ini, yang disebut namarezushi, berarti ikan dan nasi dikonsumsi sebelum difermentasi sepenuhnya.

Maju cepat ke periode Edo (abad ke-17 hingga ke-19), dan terjadilah evolusi besar. Para koki mulai membumbui nasi dengan cuka alih-alih mengandalkan fermentasi yang lama untuk mendapatkan rasa asam secara instan. Inilah awal mula dari apa yang sekarang kita kenal sebagai sushi.

Penghargaan atas penemuan sushi cepat saji yang dibentuk dengan tangan, nigirizushi, sering diberikan kepada Hanaya Yohei, seorang koki di Edo, sekitar tahun 1820-an. Ia membentuk nasi yang diberi cuka menjadi bola-bola oval kecil dan menempelkan irisan ikan segar di atasnya. "Sushi cepat saji" ini dijual di kios-kios pinggir jalan dan menjadi sangat populer di kalangan penduduk kota yang ramai.

Selama abad ke-19 dan ke-20, sushi berpindah dari makanan jalanan ke konter sushi dan restoran dalam ruangan. Dengan munculnya pendingin setelah Perang Dunia II, sushi dapat dinikmati dengan aman di lebih banyak tempat dan mulai menyebar ke seluruh dunia.

Restoran sushi pertama di AS diyakini dibuka di Los Angeles pada tahun 1960-an. Dari sana, perjalanan sushi mendunia dimulai, berkembang mengikuti selera lokal.

Resep Sushi Mudah & Menyenangkan untuk Dicoba

  • Sushi Gulung Alpukat: Makanan klasik yang lembut dan cocok untuk sayuran, dibuat dengan nasi sushi berbumbu, nori, dan alpukat segar. Anak-anak menyukainya dan ini adalah cara mudah untuk mengenal sushi gulung.
  • Gulungan Tuna Pedas: Makanan favorit kelahiran Seattle dari tahun 1980-an, mencampur tuna cincang halus dengan mayo pedas atau sriracha untuk menghasilkan rasa yang nikmat, digulung dengan tangan di atas nasi dan nori.
  • Roti Gulung California: Gulungan sushi terbalik yang ikonik yang membantu memopulerkan sushi di AS. Diisi dengan kepiting (atau stik kepiting), mentimun, dan alpukat, sushi ini mudah dibuat dan lezat.
  • Gulungan Tempura Udang: Makanan renyah yang disukai banyak orang yang memadukan udang tempura renyah dan alpukat lembut di dalam nasi berbumbu. Makanan favorit Delish karena perpaduan tekstur dan rasa gurihnya.
  • Mangkuk Sushi Chirashi: Dikenal juga sebagai "sushi berserakan", mangkuk ini berisi nasi yang diberi cuka dengan sashimi atau sayuran. Cara yang bergaya dan mudah untuk menikmati sushi.
  • Roti Gulung Tangan DIY (Temaki): Menyenangkan untuk berkumpul, gulungan berbentuk kerucut ini memungkinkan para tamu untuk membuat gulungan mereka sendiri dengan nasi, nori, protein, dan sayuran—ideal untuk santapan santai bergaya pesta.

Jenis-jenis sushi dan cara pembuatannya

Sushi hadir dalam berbagai bentuk yang lezat, tetapi semuanya memiliki satu kesamaan: nasi yang diberi cuka.

Beberapa jenis utama meliputi:

  • Nigiri: nasi sushi berbentuk lonjong yang dipres dengan tangan, diberi sedikit wasabi dan sepotong topping seperti tuna atau udang ebi.
  • Makizushi (Roti Gulung): sushi yang digulung dengan rumput laut nori. Isinya termasuk ikan mentah dan mentimun. Subkategorinya termasuk futomaki (gulungan tebal), hosomaki (gulungan tipis), dan uramaki (gulungan terbalik seperti California roll).
  • Temaki: gulungan tangan, nori berbentuk kerucut yang diisi dengan nasi sushi dan isian, dimakan dengan tangan.
  • Chirashizushi: sushi yang tersebar disajikan dalam mangkuk dengan topping seperti sashimi dan hiasan.
  • Oshizushi: sushi yang dipadatkan dari Osaka, dibuat dengan cara memadatkan lapisan nasi dan ikan dalam cetakan lalu dipotong menjadi persegi panjang.

Nasi sushi itu sendiri sangat penting. Koki menggunakan beras Jepang berbiji pendek yang dikenal karena kelengketannya, membumbuinya dengan campuran cuka, gula, dan garam yang tepat. Keseimbangan adalah kuncinya: terlalu banyak cuka atau gula dapat membuat ikan menjadi tidak enak.

Persiapan juga melibatkan kerja pisau yang cermat. Ikan untuk nigiri dipotong melawan arah serat dengan satu gerakan untuk memaksimalkan kelembutan. Sayuran seperti mentimun atau telur dadar diiris dengan presisi yang sama.

Berlawanan dengan kepercayaan umum, tidak semua sushi menggunakan ikan mentah. Makanan yang dimasak atau direbus seperti udang atau belut panggang adalah makanan yang umum. Ada juga banyak pilihan vegetarian, seperti gulungan mentimun atau gulungan acar plum.

Sushi biasanya disajikan dengan tiga makanan pendamping: kecap asin untuk cocolan, sedikit wasabi, dan gari—acar jahe manis untuk membersihkan langit-langit di antara gigitan.

Bagaimana sushi menjadi fenomena global

Di Jepang, sushi tersedia mulai dari bekal makan siang cepat saji dari supermarket hingga pengalaman omakase mewah di mana koki ahli meletakkan setiap potong di piring Anda. Sushi dinikmati selama perayaan dan menyajikan ikan musiman dan makanan khas daerah.

Di luar Jepang, popularitas sushi di dunia sangat luar biasa. Sushi mulai populer di Amerika Serikat pada tahun 1980-an dan 1990-an. Adaptasi seperti California Roll, yang menggunakan alpukat dan kepiting yang dimasak, menjadi pintu gerbang bagi banyak orang Amerika. Saat ini, restoran sushi bahkan dapat ditemukan di kota-kota kecil di Midwest.

Di Eropa, kota-kota seperti London, Paris, dan Berlin memiliki pasar sushi yang berkembang pesat. Di Asia di luar Jepang, negara-negara seperti Taiwan, Singapura, dan Thailand memiliki sushi lokal dengan cita rasa lokal. Di Amerika Latin, sushi gulung mungkin berisi krim keju atau buah-buahan tropis, atau bahkan sushi burrito.

Sushi dengan ban berjalan, atau kaiten‑zushi, menawarkan pengalaman bersantap yang mudah diakses dan interaktif di seluruh dunia. Aspek sosial sushi—berbagi piring dengan teman-teman—telah membantu memperkuat tempatnya dalam budaya makanan global.

Hidangan ini dianggap ringan dan sehat jika dikonsumsi dalam jumlah sedang. Namun, popularitas sushi di seluruh dunia telah memicu perbincangan penting tentang keberlanjutan. Penangkapan ikan yang berlebihan terhadap spesies seperti tuna sirip biru mendorong para koki dan konsumen untuk mencari sumber yang berkelanjutan atau alternatif yang dibudidayakan.

Apa yang tidak Anda ketahui tentang sushi

Ada kesalahpahaman umum: sushi versus sashimi. Sashimi adalah irisan tipis ikan mentah yang disajikan tanpa nasi. Sashimi bisa menjadi bagian dari hidangan sushi, tetapi itu bukanlah sushi itu sendiri.

Awalnya, nasi sushi dianggap sebagai cara pengawetan. Kini, nasi sushi menjadi bintangnya. Para koki sushi ahli menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyempurnakan resep nasi mereka. Secara tradisional, mereka membentuk nigiri dengan jumlah butiran tertentu—ada yang menargetkan sekitar 300—sehingga rasanya menyatu dan pas.

Etika penting: sushi sering dimakan dalam satu gigitan, dan menggunakan jari masih bisa diterima. Kecap asin dimaksudkan untuk mencium ikan, bukan membasahi nasi. Gari tidak ditaruh di atas sushi; gari adalah pembersih lidah di antara berbagai rasa ikan.

Rekor seputar sushi memang lucu: sushi termahal di dunia dibuat pada tahun 2013 dengan daun emas yang dapat dimakan, mutiara, dan berlian. Sushi gulung terpanjang di dunia berukuran sekitar 2,5 kilometer dan dibuat di Rusia pada tahun 2016—bukti jangkauan global sushi.

Sushi juga telah memasuki budaya populer. Film-film seperti "Monsters, Inc." produksi Pixar menampilkan adegan koki sushi. "Seni sushi" melibatkan penggulungan sushi sehingga potongan-potongan yang diiris memperlihatkan gambar-gambar rumit—panda atau bunga bergaya Kawaii.

Semua hal menarik ini menunjukkan perpaduan unik antara kesederhanaan dan kecanggihan pada sushi, menjadikannya makanan yang senantiasa memukau dan menyenangkan orang di seluruh dunia.